Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

Breaking News

latest

"Fenomena Tokoh Muhammadiyah yang Mendirikan Yayasan di Luar Muhammadiyah: Antara Kebebasan dan Rasa Memiliki"

  Berita Kab Bima NTB || Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia telah melahirkan banyak tokoh yang berperan dalam berba...

 

"Fenomena Tokoh Muhammadiyah yang Mendirikan Yayasan di Luar Muhammadiyah: Antara Kebebasan dan Rasa Memiliki"

Berita Kab Bima NTB || Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia telah melahirkan banyak tokoh yang berperan dalam berbagai bidang, baik di pendidikan, sosial, kesehatan, maupun dakwah. Namun, dalam perjalanannya, tidak sedikit dari mereka yang kemudian memilih untuk mendirikan yayasan atau lembaga sendiri di luar Muhammadiyah. Fenomena ini menarik untuk dikaji, mengingat mereka tumbuh besar dalam Muhammadiyah, mendapat kepercayaan, pengalaman, serta jaringan luas melalui organisasi ini.

Muhammadiyah sebagai Wadah Kaderisasi dan Jaringan, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang memiliki sistem kaderisasi yang kuat. Berbagai amal usaha seperti sekolah, universitas, rumah sakit, dan lembaga sosial menjadi tempat para kader Muhammadiyah menempa diri. Di dalamnya, mereka tidak hanya mendapatkan ilmu dan pengalaman, tetapi juga akses kepada jaringan luas yang mencakup akademisi, ulama, profesional, hingga pengusaha.

Banyak tokoh yang awalnya berkembang melalui Muhammadiyah, mendapatkan kepercayaan untuk memimpin amal usaha, dan membangun relasi nasional maupun internasional. Namun, setelah memiliki kapasitas dan jaringan yang kuat, sebagian dari mereka justru memilih mendirikan yayasan atau lembaga di luar Muhammadiyah.

Fenomena ini bisa terjadi karena beberapa alasan:

*1. Perbedaan Visi dan Pendekatan*
Beberapa tokoh merasa bahwa pendekatan atau kebijakan Muhammadiyah terlalu birokratis atau kurang fleksibel, sehingga mereka lebih leluasa jika mendirikan lembaga sendiri yang lebih sesuai dengan visi pribadi mereka.

*2. Kurangnya Rasa Memiliki terhadap Muhammadiyah*
Ada juga yang merasa bahwa Muhammadiyah hanya sebagai batu loncatan. Setelah merasa cukup kuat dan memiliki jaringan luas, mereka memilih untuk membangun lembaga sendiri dengan identitas yang berbeda.

*3. Dukungan Finansial dan Otonomi*
Dalam beberapa kasus, tokoh yang sudah memiliki sumber daya finansial sendiri memilih untuk membangun lembaga independen agar lebih bebas dalam menentukan kebijakan tanpa harus mengikuti aturan organisasi.

*4. Dinamika Internal Muhammadiyah*
Tidak jarang, perbedaan pandangan dalam kepemimpinan atau kebijakan organisasi membuat beberapa tokoh merasa kurang nyaman dan akhirnya mendirikan lembaga sendiri di luar Muhammadiyah.

Fenomena ini memiliki dampak ganda bagi Muhammadiyah. Di satu sisi, hal ini bisa dianggap sebagai kehilangan aset sumber daya manusia yang telah dibina bertahun-tahun. Muhammadiyah kehilangan tokoh-tokoh potensial yang seharusnya bisa terus berkontribusi bagi kemajuan organisasi.

Namun, di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang berhasil mencetak banyak tokoh berkualitas. Meski mereka mendirikan lembaga di luar Muhammadiyah, banyak di antara mereka yang tetap membawa nilai-nilai Muhammadiyah dalam amal usaha yang mereka kelola.

Agar fenomena ini tidak terus berulang, Muhammadiyah perlu menumbuhkan kembali rasa memiliki di kalangan kader dan tokohnya. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

Memperkuat Kaderisasi Ideologis: Memastikan bahwa kader-kader Muhammadiyah tidak hanya dibekali ilmu dan pengalaman, tetapi juga pemahaman kuat tentang pentingnya loyalitas terhadap organisasi.

Meningkatkan Apresiasi terhadap Tokoh dan Kader: Memberikan ruang lebih bagi tokoh-tokoh muda untuk berperan dalam Muhammadiyah agar mereka merasa dihargai dan tetap ingin berkontribusi dalam organisasi.

Fleksibilitas dalam Kebijakan Organisasi: Menyesuaikan sistem birokrasi agar lebih adaptif terhadap perubahan zaman, sehingga para kader merasa tetap bisa berkembang tanpa harus keluar dari Muhammadiyah.

Tokoh Muhammadiyah yang mendirikan yayasan atau lembaga sendiri di luar Muhammadiyah merupakan fenomena yang bisa dimaknai dari berbagai sisi. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi Muhammadiyah untuk terus memperkuat kaderisasi dan membangun ekosistem organisasi yang lebih inklusif serta fleksibel. Dengan demikian, para tokoh yang lahir dari Muhammadiyah akan tetap merasa memiliki dan berkomitmen untuk membesarkan organisasi yang telah membesarkan mereka.

19032025
*KangObet*
*MudabanggaNews*

Tidak ada komentar